Rabu, 15 Februari 2017

"Pilkada DKI" Potret Politik Indonesia yang Amburadul


DKI jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia. Layaknya seorang ibu harusnya Ibu kota menjadi sebuah contoh bagi kota-kota lain sehingga tak salah arah dan jalan. Namun DKI saat ini belum mampu mewujudkan hal itu, masih banyak masalah yang mengakar dan mendarah daging dalam bingkai suatu kota yang di sebut DKI itu. 

Ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi di Ibu kota seolah tak bisa dihilangkan. banyak dijumpai view-view yang menggambarkan rumah-rumah kumuh berdampingan dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi, usaha kecil masyarakat di habisi oleh usaha-usaha milik pak bos. Namun sebagai masyarakat kita tidak boleh hanya menjadi pengkritik belaka, karena menurut saya masyarakat juga punya andil besar dalam terjadinya masalah di DKI jakarta. 

Pemukiman kumuh yang berada di pinggir kali, bukan tak ingin di perbaiki oleh sang penguasa namun ada beberapa oknum yang mengatas namakan masyarakat yang nampaknya tak ingin tempat mereka berkuasa di musnahkan begitu saja, dan Akhirnya jika pemimpin tak tegas bertahanlah mereka mereka disana medarah daging beranak cucu meklaim tanah milik negara menjadi milik pribadi dengan Alasan KEMANUSIAN. 

Saya sepakat utnuk menyelesaikan masalah harus dengan musyarawarah namun musyawarah menghasilkan win-win solution bukan memaksakan keputusan, jika pemerintah menyediakan rumah dan akses serta fasilitas menurut saya itu sudah win-win solution karena nyatanya pemukiman kumuh di pinggir sungai itu merusak tata letak kota dan berdampak buruk bagi kota. 

Mungkin sudah cukup jauh kita menyinggung masalah DKI saat ini, waktunya kita masuk pada inti pembahasan yaitu soal pilkada serentak yang kebetulan menyentuh daerah ibu kota, seperti yang saya jelaskan tadi bahwa ibu kota merupakan kiblat dari kota-kota lain, maka jangan heran bahwa peta perpolitikan di jakarta meniyta perhatian tak hanya warga DKI saja. 

Luasnya sentuhan dari Pilkada DKI ini membuat tidak jarang Pilkada inilah yang menjadi primadona bagi partai politik untuk mengambil hati masyarakat untuk memenangkan pemilu legislatif maupun pilpres. Namun karena hal ini juga membuat Pilkada DKI sangat sarat dengan permainan kotor para oknum yang bisa dibilng tidak punya kerjaan lain selain menebar kebencian. 

Menurut saya Fitnah dan Hoax yang tersebar dimedia sosial tentang calon gubernur di DKI sudah sangat keterlaluan, saya tidak mendukung siapa-siapa karena menurut saya semua calon mendapat serangan fitnah yang tak berdasar yang hampir seimbang. Hal ini sangatlah miris dan kekanak2an menurut saya. Partai politik harusnya mencerdaskan kehdpan bangsa bukannya menjadi perusak dan penebar kebencian sesama masyarakat. 

Sabenarnya Tulisan ini hanyalah sebuah kekhawatiran saya yang memandang bahwa Pilkada DKI kali ini yang pnuh dengan fitnah dan hoax ini dapt menyebar kewilayah yang lainnya. Semoga tidak dan Semoga Kita masih mengedepankan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi maupun golongan. 

Terima kasih sudah membaca, Gunakan Akal untuk menanggapi segala peristiwa yang terjadi jangan mudah terprovokasi. Salam Indonesia Salam Satu Bangsa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar